Perubahan iklim telah menjadi tantangan serius bagi peternak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan ternak dan keberlanjutan usaha peternakan. Kenaikan suhu, perubahan pola hujan, serta cuaca ekstrem memengaruhi ketersediaan pakan, meningkatkan risiko penyakit, dan menurunkan produktivitas ternak. Di tengah kondisi ini, peternak perlu menerapkan strategi adaptasi dan mitigasi untuk memastikan kelangsungan usaha mereka.
Dampak Kesehatan Perubahan Iklim pada Peternakan
Perubahan iklim memengaruhi peternakan dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah ketersediaan pakan. Musim kemarau yang lebih panjang menyebabkan kekeringan pada lahan penggembalaan, sementara musim hujan yang intensif memicu banjir dan kerusakan tanaman pakan ternak. Selain itu, suhu yang meningkat membuat ternak lebih rentan terhadap stres panas, yang berdampak pada penurunan produksi susu, pertumbuhan yang lambat, dan penurunan daya tahan tubuh.
Kondisi lembap selama musim hujan juga memperburuk sanitasi kandang, meningkatkan populasi parasit seperti lalat dan kutu, serta memicu penyakit pernapasan dan kulit pada ternak. Di daerah seperti Jember, di mana curah hujan tinggi, peternak sering menghadapi masalah infeksi saluran pernapasan pada sapi akibat kelembapan yang berlebihan.
Strategi Kesehatan Adaptasi untuk Peternak
Untuk menghadapi tantangan ini, peternak perlu menerapkan berbagai strategi adaptasi yang berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Peningkatan Manajemen Kandang
Kandang yang baik harus dirancang untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem. Ventilasi yang memadai membantu mengatasi kelembapan berlebih, sementara atap yang teduh dapat mengurangi stres panas di musim kemarau. Penggunaan bahan isolasi alami seperti jerami atau bambu juga membantu menstabilkan suhu dalam kandang.
Penyediaan Pakan Berkualitas Kesehatan
Ketersediaan pakan menjadi kunci utama dalam menjaga kesehatan ternak. Peternak dapat mengembangkan sistem silase atau fermentasi pakan untuk mengatasi kekurangan hijauan di musim kemarau. Selain itu, diversifikasi tanaman pakan seperti rumput odot, lamtoro, atau indigofera yang lebih tahan kekeringan dapat menjadi solusi jangka panjang.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Program vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan rutin harus ditingkatkan untuk mencegah wabah penyakit. Sanitasi kandang yang ketat, termasuk pembuangan limbah yang baik dan penggunaan desinfektan alami seperti larutan cuka atau ekstrak daun sirih, dapat mengurangi risiko infeksi.
Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan
Teknologi seperti biogas dari kotoran ternak tidak hanya membantu mengurangi emisi metana tetapi juga menyediakan sumber energi alternatif. Sistem irigasi tetes atau sumur resapan dapat mengoptimalkan penggunaan air di musim kemarau.
Edukasi dan Kolaborasi dengan Lembaga Penelitian
Kerjasama dengan universitas atau lembaga penelitian seperti Universitas Jember dapat membantu peternak mendapatkan akses terhadap inovasi terbaru dalam bidang peternakan berkelanjutan. Pelatihan tentang manajemen risiko iklim dan praktik peternakan modern juga penting untuk meningkatkan kapasitas peternak.
Perubahan iklim adalah tantangan nyata yang harus dihadapi oleh peternak. Namun, dengan strategi adaptasi yang tepat, seperti manajemen kandang yang baik, penyediaan pakan berkualitas, pencegahan penyakit, penerapan teknologi hijau, dan kolaborasi dengan pihak terkait, peternak dapat menjaga kesehatan ternak dan keberlanjutan usaha mereka. Langkah-langkah ini tidak hanya melindungi peternakan dari dampak iklim tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional di masa depan.